Kamis, 30 Oktober 2014

Daya Tarik Wisata

Objek Daya Tarik Wisata

Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari objek wisata namun sesuai peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata objek wisata sudah tidak relevan lagi untuk  menyebutkan suatu daerah tujuan wisatawan maka digunakanlah kata “ Daya Tarik Wisata” maka untuk mengetahui apa arti dan makna dari daya tarik wisata di bawah ini adalah beberapa definisi/pengertian mengenai DayaTarik Wisata menurut beberapa ahli :
o  Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.
o  Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun 1985 menyatakan bahwa daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu
o  Nyoman S. Pendit dalam bukunya “ Ilmu Pariwisata” tahun 1994 mendefiniskan daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.
o  Menurut undang – undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan , ada dua jenis objek dan daya tarik wisata , yaitu (1) objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, flora dan fauna; dan (2) objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.
o  Menurut Spilanne (2002), Daya tarik pariwisata adalah hal – hal yang menarik perhatian wisatawan yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata.
o  Menurut Karyono (1997) suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik di samping harus ada objek dan atraksi wisata, juga harus memiliki tiga syarat daya tarik, yaitu: (1) ada sesuatu yang yang bisa dilihat (something to see); (2) ada sesuatu yang dapat dikerjakan (something to do); (3) ada sesuatu sesuatu yang bisa dibeli (something to buy)

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Daya tarik wisata yang tidak atau belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu daerah atau tempat tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangakan.

Dan dalam undang – undang no. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri atas:
1.        Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, flora, dan fauna.
2.        Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wikami agro, wisata buru, wisata petualangan lam, taman rekreasi dan komplek hiburan.

Syarat – Syarat Objek Daya Tarik Wisata
Menurut James J. Spillane (1994: 63-72) suatu objek wisata atau destination, harus meliputi 5 (lima) unsur yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam menikmati perjalanannya, maka objek wisata harus meliputi :
1.        Attractions
Merupakan pusat dari industri pariwisata. Menurut pengertiannya attractions mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat tujuan wisata adalah untuk memenuhi atau memuaskan beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi karena ciri- ciri khas tertentu.

Ciri-ciri khas yang menarik wisatawan adalah :
a)         Keindahan alam.
b)        Iklim dan cuaca.
c)         Kebudayaan.
d)        Sejarah.
e)         Ethnicity-sifat kesukuan.
f)         Accessibility-kemampuan atau kemudahan berjalan atau ketempat tertentu.

2.        Facility
Fasilitas cenderung berorientasi pada attractions disuatu lokasi karena fasilitas harus dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong pertumbuhan dan cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah attractions berkembang.
Suatu attractions juga dapat merupakan fasilitas. Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan. Seperti fasilitas harus cocok dengan kualitas dan harga penginapan, makanan, dan minuman yang juga cocok dengan kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut.
3.        Infrastructure
Attractions dan fasilitas tidak dapat tercapai dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah dan di atas tanah dan suatu wilayah atau daerah. Yang termasuk infrastruktur penting dalam pariwisata adalah :
a)      Sistem pengairan/air
Kualitas air yang cukup sangat esensial atau sangat diperlukan. Seperti penginapan membutuhkan 350 sampai 400 galon air per kamar per hari.
b)      Sumber listrik dan energi
Suatu pertimbangan yang penting adalah penawar tenaga energy yang tersedia pada jam pemakaian yang paling tinggi atau jam puncak (peak hours). Ini diperlukan supaya pelayanan yang ditawarkan terus menerus.
c)      Jaringan komunikasi
Walaupun banyak wisatawan ingin melarikan diri dari situasi biasa yang penuh dengan ketegangan, namun ada juga sebagian yang masih membutuhkan jasa-jasa telepon dan/atau telgram yang tersedia.
d)     Sistem pembuangan kotoran/pembuangan air
Kebutuhan air untuk pembuangan kotoran memerlukan kira-kira 90 % dari permintaan akan air. Jaringan saluran harus didesain berdasarkan permintaan puncak atau permintaan maksimal.
e)      Jasa-jasa kesehatan
Jasa kesehatan yang tersedia akan tergantung pada jumlah tamu yang diharapkan, umumnya, jenis kegiatan yang dilakukan atau faktor-faktor geografis lokal.
f)       Jalan-jalan/jalan raya
Ada beberapa cara membuat jalan raya lebih menarik bagi wisatawan :
Ø  Menyediakan pemandangan yang luas dari alam semesta.
Ø  Membuat jalan yang naik turun untuk variasi pemandangan.
Ø  Mengembangkan tempat dengan pemandangan yang indah.
Ø  Membuat jalan raya dengan dua arah yang terpisah tetapi sesuai dengan keadaan tanah.
Ø  Memilih pohon yang tidak terlalu lebat supaya masih ada pemandangan yang indah.

4.        Transportation
Ada beberapa usul mengenai pengangkutan dan fasilitas yang dapat menjadi semacam pedoman termasuk :
a) Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan pengangkutan lokal ditempat tujuan harus tersedia untuk semua penumpang sebelum berangkat dari daerah asal.
b) Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah kriminalitas.
c) Suatu sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu lintas dan simbol-simbol harus dikembangkan dan dipasang di semua bandar udara.
d) Sistem informasi harus menyediakan data tentang informasi pelayanan pengangkutan lain yang dapat dihubungi diterminal termasuk jadwal dan tarif.
e) Informasi terbaru dan sedang berlaku, baik jadwal keberangkatan atau kedatangan harus tersedia di papan pengumuman, lisan atau telepon.
f) Tenaga kerja untuk membantu para penumpang.
g) Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan pelayanan pengangkutan lokal.
h) Peta kota harus tersedia bagi penumpang.




5.        Hospitality (Keramahtamahan)
Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka kenal maka kepastian akan jaminan keamanan sangat penting, khususnya wisatawan asing.
Dalam melakukan pengembangan pariwisata, tentu tidak lepas dari peran organisasi kepariwisataan terutama organisasi kepariwisataan pemerintah, yaitu Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan (Disparbud) yang mempunyai tugas dan wewenang serta kewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan aset daerah yang berupa objek-objek wisata.
Sebagaimana suatu organisasi yang diberi wewenang dalam pengembangan pariwisata diwilayahnya, maka ia harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnya, karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada umumnya adalah :
F Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung ke daerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya.
F Melakukan koordinasi diantara bermacam-macam usaha, lembaga, instansi dan jawatan yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan industri pariwisata.
F Mengusahakan memasyarakatkan pengertian pariwisata pada orang banyak, sehingga mereka mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata dikembangkan sebagai suatu industri.
F Mengadakan program riset yang bertujuan untuk memperbaiki produk wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai pasaran diwaktu-waktu yang akan datang.
F Menyediakan semua perlengkapan dan fasilitas untuk kegiatan pemasaran pariwisata, sehingga dapat diatur strategi pemasaran keseluruh wilayah.
F Merumuskan kebijakan tentang pengembangan kepariwisataan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara teratur dan berencana.

Oleh karena itu peranan organisasi kepariwisataan pemerintah – Disparbud merupakan salah satu hal utama dalam pengembangan pariwisata.
Selain itu perlu pula disiapkan beberapa hal, seperti sumber daya yang ada, mempersiapkan masyarakatnya serta kesiapan sarana penunjang lainnya, karena bagaimanapun juga wisatawan menghendaki pelayanan yang memuaskan.

Menurut Maryani (1991:11) Suatu objek wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi syarat- syarat untuk pengembangan daerahnya, syarat – syarat tersebut adalah :

1.         What to see
Di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khsusu dan atraksi bidaya yang dapat dijadikan “entertaiment” bagi wisatawan. What to see meliputi pemandangan alam, kegiatan kesenian, dan atraksi wisata.

2.         What to do
Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dipilih dan disaksikan, harus disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatan betah tinggal lama di tempat itu.

3.         What to buy
Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelajnja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh – oleh untuk di bawa pulang ke tempat asal.

4.         What to arrived
Di dalamnya termasuk aksesbilitas, bagaimana kita mengunjungi objek wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan berapa lama tiba ketempat tujuan wisata tersebut.

5.         What to stay
Bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara selama dia berlibur di objek wisata itu. Diperlukan penginapan – penginapan baik hotel berbintang atau hotel non berbintang dan sebagainya.

Selain itu pada umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan atas:
v  Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih.
v  Adanya aksestabilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
v  adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka
v  Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.
v  Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, antai, pasir, hutan, dan sebagainya.
v  Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara – upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buanh karya mnusia pada masa lampau.
Perkembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa yang dimiliki kawasan tersebut untuk dapat di tawarkan kepada wisatawan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari peranan para pengelola kawasan wisata. 

Menurut Fandeli (1999), dalam Fandeli (2000), sifat dan karakter kepariwisataan alam terkait dengan ODTW Alam antara lain ;
ü  In Situ ; ODTW alam hanya dapat dinikmati secara utuh dan sempurna di ekosistemnya. Pemindahan objek ke ex situ akan menyebabkan terjadinya perubahan objek dan atraksinya. Pada umumnya wisatawan kurang puas apabila tidak mendapatkan sesuatu secara utuh dan apa adanya.
ü  Perishable ; suatu gejala atau proses ekosistem hanya terjadi pada waktu tertentu. Gejala atau proses alam ini berulang dalam kurun waktu tertentu, kadang siklusnya beberapa tahun bahkan ada puluhan tahun atau ratusan tahun. ODTW alam yang demikian membutuhkan pengkajian dan pencermatan secara mendalam untuk dipasarkan.
ü  Non Recoverable ; suatu ekosistem alam mempunyai sifat dan perilaku pemulihan yang tidak sama. Pemulihan secara alami sangat tergantung dari faktor dalam (genotype) dan faktor luar (phenotype). Pemulihan secara alami terjadi dalam waktu panjang, bahkan ada sesuatu objek yang hampir tak terpulihkan, bila ada perubahan. Untuk mempercepat pemulihan biasanya dibutuhkan tenaga dan dana yang sangat besar, apabila upaya ini berhasil tetapi tidak akan sama dengan kondisi semula.
ü  Non Substitutable ; didalam suatu daerah atau mungkin kawasan terdapat banyak objek alam, jarang sekali yang memiliki kemiripan yang sama.
Pengelolaaan ODTW alam dengan sifat dak karakter In Situ, cenderung memiliki daya tarik tersendiri. ODTW alam ini biasanya mempunyai keterikatan yang kuat dengan habitat (ekosistem asli). Kita dapat melihat Onta di kebun binatang “Gembira Loka” Yogyakarta, namun kita akan merasa lebih puas jika datang ke habitatnya di benua Afrika. Kita akan merasa lebih puas melihat gadjah seperti di Suaka Marga Satwa“Tesso Nilo. Provinsi Riau. Karena selain atraksi juga ekosistem alami juga dapat kita nikmati. Pengelolaan dengan pendekatan ekosistem inilah sebenarnya yang perlu dilakukan dalam rangka pelestarian sifat ODTW alam secara In Situ. Muntahan lahar dan awan panas dari kawah gunung Merapi di tahun 2006 sampai 2007 merupakan momen yang menarik juga untuk dijadikan ODTW alam. Momen ini jarang terjadi dan dalam kurun waktu yang lama. Terlepas dari fenomena tersebut merupakan suatu bencana alam, namun tantangan bagi kita untuk mengemasnya sehingga memberikan nilai kemanfaatan terhadap sifat ODTW alam yang Perisable ini. Sifat dan karakter ODTW alam yang Non Recoverable membawa konsekwensi bahwa didalam pengelolaan ODTW alam hendaknya diperhatikan betul permasalahan daya dukung ODTW alam tersebut. Disinlah perlunya pengelolaan yang berimbang antara tujuan ekonomi dan lingkungan alam ODTW tersebut. Jika pengelolaanya melebihi daya dukung baik sarana maupun jumlah pengunjung, maka akan terjadi perubahan ekosistim, akan sulit untuk diperbaiki, bagaimanapun usaha perbaikan itu tidak akan bisa mengembalikan kepada ekosistem yang asli. Upaya yang ideal adalah menjaga keseimbangan ekosistem tersebut agar tidak melebihi daya dukung lingkungan ODTW alam bersangkutan.

Macam – Macam Objek Daya Tarik Wisata
Objek dan daya tarik wisata menurut direktorat jenderal pemerintah di bagi menjadi 3 macam, yaitu :

1.        Objek Wisata Alam
Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya. Potensi objek wisata alam dapat dibagi menjadi empat kawasan, yaitu:
a) Flora dan fauna
b) Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan ekosistem hutan bakau
c) Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau.
d) Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, usaha perikanan

2.        Objek Wisata Sosial Budaya
Objek wisata sosial budaya dapat di manfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukan dan kerajinan.

3.        Objek Wisata Minat Khusus
Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru di kembangkan di indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian. Contohnya : berburu, mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata, dan lain – lain.
Perencanaan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam, sosial budaya, maupun objek wisata minat khusus harus berdasarkan pada kebijakan rencana pembangunan nasional maupun regional. Jika kedua kebijakan rencana tersebut belum tersusun, tim perencana pengembangan objek daya tarik wisata harus mampu mengasumsikan rencana kebijakan yang sesuai dengan area yang bersangkutan.

Kriteria – Kriteria Berkembangnya Objek Daya Tarik Wisata
Oka A. Yoeti (1997:165) berpendapat bahwa berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya industri wisata sangat tergantung pada tiga A (3A), yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accesibility), dan fasilitas (amenities)

1.        Atraksi (attaction)
Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dan yang termasuk dalam hal ini adalah : tari-tarian, nyanyian kesenian rakyat tradisional, upacara adat, dan lain – lain. Dalam Oka A. Yoeti (1997:172) tourism disebut attractive spontance, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang – orang mau datang berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata diantaranya adalah :
a)        Benda – benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilah Natural Amenities. Termasuk kelompok ini adalah :
o   Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari, panas, hujan dan salju.
o   Bentuk tanah dan pemandangan contohnya pegunungan, perbukitan, pantai, air terjun, dan gunung api.
o   Hutan belukar
o   Flora dan fauna, yang tersedi di cagar alam dan daerah perburuan.
o   Pusat – pusat kesehatan, misalnya : sumber air mineral, sumber air anas dan mandi lumpur. Dimana tempt tersebut diharapkan dapat menyembuhkan macam – macam penyakit.
b)        Hasil ciptaan manusia (man made supply). Kelompok ini dapat dibagi dalam empat produk wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting yaitu historical (sejarah), cultural (budaya) dan religious (agama)
·         Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau (artifact)
·         Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat dan kerajinan tangan
·         Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, pernikahan, khitanan, dan lain – lain.
·         Rumah – rumah ibadah, seperti masjid, candi, gereja dan kuil

2.        Aksesibilitas (accesibility)
Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam aksesbilitas adalah transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaanya, kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak seolah – olah menjadi dekat.
Selain transportasi yang berkaitan dengan aksesbilitas adalah prasarana meliputi jalan, jembatan, terminal, stasiun dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk menghubungkan suatu tempt dengan tempat yang lain. Keberadaan prasarana transportasi akan mempengaruhi laju tingkat transportasi itu sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju transportasi optimal

3.        Fasilitas (amenities)
Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan karna pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginapan. Fasilitas wisata merupakan hal – hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Adapun sarana – sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata adalah sebagai berikut:
Ø  Akomodasi hotel
Ø  Restoran
Ø  Air bersih
Ø  Komunikasi
Ø  Hiburan
Ø  Keamanan
Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang dimiliki objek tersebut dengan mengacu pada cerita keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan, yaitu diantaranya adalah :

1.  Kelayakan finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan untung – rugi sudah harus diperkirakan dari awal. Berapa tenggang waktu yang dibutuhkan untuk kembali modal pun sudah harus diramalkan.
2.  Kelayakan sosial ekonomi regional
Studi kelayaka ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara regional; dapat menciptakan lapangan kerja atau berusaha, dapat meningkatkan penerimaan devisa, dapat meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti pajak, perindustrian, perdagangan, pertanian dan lain – lain. Dalam kaitannya dengan hal ini pertimbangan tidak semata – mata komersial saja tetapi juga emeprhatikan dampaknya secara labih luas.
3.  Layak teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya dukung objek wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan.
4.  Layak lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagaiacuan kegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan tuhannya.